Berita

Strategi Membangun Komunikasi dan Memaksimalkan Potensi Diri untuk Mewujudkan Pendidikan Muhammadiyah Klaten yang Unggul dan Berprestasi

Foto Ustadz-Ustadzah bersama Ustadz Namim

Strategi Membangun Komunikasi dan Memaksimalkan Potensi Diri untuk Mewujudkan Pendidikan Muhammadiyah Klaten yang Unggul dan Berprestasi
Oleh: Ust. Namim AB. Sholihin, M.Pd.
Disarikan oleh: Tim Mplus Klara

Grha Bungkarno Klaten, 23 April 2023

Untuk mewujudkan pendidikan Muhammadiyah yang unggul dan berprestasi, guru perlu memahami karakter dan jiwa peserta didik, terutama generasi Z dan Alpha. Generasi ini lahir dan tumbuh di tengah kemajuan teknologi yang luar biasa, sehingga mereka sangat akrab dengan gawai, gim, dan tontonan video. Namun, ketergantungan terhadap teknologi ini berdampak serius terhadap minat belajar, konsentrasi, dan pembentukan karakter. Swedia menjadi contoh konkret, di mana pemerintah setempat memutuskan untuk menghapus kurikulum berbasis teknologi dari sekolah karena melihat penurunan karakter dan akhlak anak-anak yang signifikan. Hal ini mengingatkan kita bahwa peran guru dan orang tua dalam mengendalikan dan mengarahkan penggunaan teknologi sangatlah penting. Salah satu kebiasaan sederhana namun berdampak besar adalah membiasakan anak untuk makan tanpa menonton video, yang bertujuan menanamkan fokus dan kedisiplinan sejak dini.

Di tengah tantangan ini, guru dituntut untuk mampu tampil lebih baik dari konten kreator yang biasa dilihat anak-anak melalui layar gawai. Guru tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menjadi figur inspiratif yang dapat membentuk rasa dan karsa peserta didik. Pembelajaran dari hati akan selalu lebih bermakna daripada sekadar informasi dari program digital. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, kreatif, dan penuh kebahagiaan. Ketika anak-anak merasa nyaman dan tertarik, proses belajar akan berjalan lebih efektif dan bermakna.

Kesuksesan pendidikan tidak bisa dicapai secara individual. Kolaborasi menjadi kunci utama dalam membangun ekosistem pendidikan yang kuat. Guru harus bersinergi dengan kepala sekolah, yayasan, dan pengurus Muhammadiyah dalam merancang strategi pendidikan yang komprehensif. Tak kalah penting, kolaborasi dengan orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter anak yang tangguh. Orang tua perlu diberikan pemahaman agar bijak dalam memberikan akses teknologi kepada anak, sekaligus menyediakan waktu untuk bermain dan berinteraksi secara langsung. Di luar itu, sekolah juga harus membuka diri untuk berkolaborasi dengan berbagai lembaga dan mitra eksternal guna memperkaya pembelajaran.

Selain kolaborasi, seorang guru harus memiliki visi yang jelas dan lurus. Visi ini bukan hanya menyangkut tujuan akademik, tetapi juga cita-cita membentuk peradaban yang beradab. Guru Muhammadiyah dituntut untuk menjauhi gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, seperti pergaulan bebas. Apabila sudah siap, maka halalkanlah hubungan; jika belum, sebaiknya dihindari. Guru yang memiliki visi yang kuat akan mampu menanamkan semangat perubahan, tidak hanya dalam lingkup kelas, tetapi juga dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Kekuatan komunikasi juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses pendidikan. Komunikasi yang efektif bukan hanya membangun hubungan yang harmonis, tetapi juga menjadi jembatan untuk menumbuhkan potensi diri. Di rumah, keharmonisan antara suami dan istri menjadi teladan utama bagi anak. Di sekolah, seorang guru mengucapkan sekitar 15.000 kata per hari; maka kualitas tutur kata menjadi sangat menentukan keberhasilan komunikasi. Guru juga harus bijak dalam menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi yang mendidik, bukan sekadar tempat berekspresi tanpa batas. Komunikasi yang santun, edukatif, dan beradab akan memberikan contoh positif bagi siswa.

Refleksi menjadi proses penting untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri. Dalam dunia yang terus berubah, guru dituntut untuk terus belajar dan menyesuaikan diri. Refleksi tidak harus dilakukan secara formal. Bahkan melalui media sosial pun, refleksi dapat diwujudkan dengan cara yang santun dan bermanfaat. Dengan merefleksikan perjalanan, capaian, dan kekurangan, guru akan lebih peka terhadap kebutuhan siswa dan lebih siap dalam menghadapi tantangan zaman.

Menjadi guru bukan hanya sebuah pekerjaan, melainkan panggilan jiwa. Oleh karena itu, mencintai profesi sebagai guru adalah syarat mutlak untuk dapat menjalankan tugas dengan penuh semangat dan keikhlasan. Guru yang mencintai profesinya akan lebih sabar, lebih kreatif, dan lebih bersinar dalam memberikan pembelajaran. Kecintaan ini akan memancarkan energi positif yang menular kepada peserta didik dan lingkungan sekitarnya.

Sebagai bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), guru Muhammadiyah dituntut untuk aktif dalam organisasi dan masyarakat. Keterlibatan ini menunjukkan dedikasi terhadap nilai-nilai persyarikatan sekaligus menjadi bentuk kontribusi nyata dalam membangun bangsa. Guru Muhammadiyah tidak hanya berada di dalam kelas, tetapi juga menjadi teladan di tengah masyarakat. Mereka harus senantiasa memperbaiki diri, baik dari sisi keilmuan, ibadah, maupun akhlak. Dalam menghadapi dunia digital yang terus berkembang, guru Muhammadiyah tidak cukup hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga harus menjadi produsen konten digital yang bermanfaat. Dengan begitu, guru dapat mengambil peran dalam membentuk arus informasi yang mendidik dan bermartabat.

Akhirnya, tidak ada kekuatan yang melebihi kekuatan doa. Doa adalah senjata utama orang beriman, dan dalam pendidikan, doa menjadi landasan spiritual yang menguatkan niat, usaha, dan langkah setiap insan pendidik. Guru hendaknya senantiasa mendoakan kebaikan untuk keluarga, peserta didik, sekolah, dan negara. Ketika doa menyertai setiap proses pendidikan, keberkahan akan mengalir dan memperkuat setiap langkah perjuangan.

Sebagaimana pesan KH. Ahmad Dahlan, “Jadilah guru sekaligus menjadi murid.” Guru Muhammadiyah harus terus belajar sepanjang hayat. Belajar dari pengalaman sendiri, dari rekan sejawat, dan bahkan dari peserta didik. Proses belajar tiada henti inilah yang akan menjadikan guru sebagai pribadi yang bijaksana, terbuka, dan selalu tumbuh seiring perkembangan zaman.


Tim Humas MPLUS

Related Articles

Back to top button