Seorang siswa ingin bisa berpidato di depan teman-temannya. ia belajar dengan sungguh sungguh dan penuh dengan keyakinan bahwa ia bisa berpidato dengan baik di depan teman-temannya.

Membaca dan terus membaca adalah salah satu usaha yang dilakukannya. Tidak hanya sekali dua kali tapi berkali-kali. Bahkan siswa tersebut belajar berpidato di depan cermin supaya tahu kemampuan akan dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menyampaikan kultum dengan baik lewat cermin. Sebagaimana nasehat gurunya yang sudah di sampaikan di kelas.

Berkat kemauan yang keras dan belajar dengan giat. Iapun bisa tampil menyakinkan didepan teman-temannya. Begitulah kekuatan kemauan. Di mana ada kemauan di situlah kemampuan akan di dapat. Kemampuan dapat dilatih dan diusahakan selagi ada kemauan. Tapi ketika tidak ada kemauan belajar apapun akan terasa hambar.

Sebaliknya ketika kita mampu tapi tidak mau melakukan. Maka kemampuan itu lama kelamaan akan hilang memudar dengan sendirinya. Maka benarlah nasehat bijak bestari. Bahwa ilmu itu apabila diamalkan akan terus bertambah dan bertambah. Tidak ada bukti dan contoh dalam sejarah kehidupan manusia bahwa orang yang berilmu ketika mengamalkannya, ilmunya akan semakin berkurang. Pengetahuannya semakin berkurang karena habis diamalkanya. justru sebaliknya akan bertambah dan terus bertambah. Karena ia belajar dari kesalahan-kesalahan kekurangan dari apa yang disampaikanya. Semakin sering ia menyampaikan maka semakin bertambah ilmu dan pengetahuanya.

Imam Syafi’i dalam sebuah syairnya memberikan enam macam nasehat bagi seseorang yang sedang mencari ilmu. Syair tersebut berbunyi. “ Ingatlah engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Yaitu: Yaitu kecerdasan, kemauan (rakus akan ilmu), sabar, biaya (pengorbanan materi dan waktu), petunjuk (bimbingan) guru, dan tempo waktu yang lama”

Setiap insan yang dilahirkan memiliki kecerdasan masing-masing. Dan, kecerdasan orang satu dengan yang lain berbeda-beda. Kecerdasan itu bisa di kembangkan dan di usahakan tergantung dari pribadi masing-masing. Mau belajar atau tidak, mau berubah atau tidak. Dengan belajar, seperti membaca dan menulis. maka kecerdasan seseorang akan terus bertambah. Laksana sebuah pisau, pada awalnya pisau itu sangat tajam akan tetapi bila pisau tersebut tidak di gunakan atau tidak diasa maka pisau tersebut lama kelamaan akan tumpul dan berkarat. Dan pada akhirnya tidak bisa digunakan dan menjadi barang yang kurang bermanfaat. Sebaliknya walaupun pada awalnya pisau tersebut tumpul dan berkarat, kalau sering di asa dan di pakai. Maka, lama kelamaan pisau tersebut akan menjadi tajam dan sangat bermanfaat. Kecerdasan bukanlah benda warisan atau keturunan dari orang tua. Tidak selalu orang tua yang cerdas memiliki keturuan yang cerdas terus menerus. Kecerdasan itu sesuatu yang dapat di usahakan. Dan semua orang berhak akan kecerdasan semacam itu. asal ada usaha dan kemauan untuk memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Peran terbesar dalam sebuah proses menuntut ilmu adalah kemauan. Lihatlah mereka-mereka yang memiliki kemauan kuat. Halangan dan rintangan seperti apapun tak menjadi masalah untuk mencapai dan meraih kesuksesan. Mari kita belajar dari kisah yang penuh dengan inspirasi dan motivasi. Kisah Ibnu Hajar seorang ulama termasyhur yang mendapatkan hikmah dari sebuah tetesan air yang dapat melubangi batu. Batu yang begitu keras bisa berlubang hanya dengan tetesan air sedikit demi sedikit. Begitu juga dalam hal belajar, ada sebuah proses yang kita lalui, dan itu semua di mulai dari sesuatu yang kecil. Ingatlah pepatah sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit. Untuk mencapai puncak yang begitu tinggi, maka kita mulai dari satu anak tangga yang paling bawah dahulu. Kekurangan bukanlah menjadi penghalang ketika masih ada kemauan yang ada dalam diri. Kemauanlah yang bisa mengalahkan kekurangan dan segala macam keterbatasan. Dimana ada kemauan di situlah ada jalan. Kata pepatah lama banyak jalan menuju roma.

Nasehat yang ketiga adalah sabar. Seorang pelajar yang masih dalam proses menuntut ilmu di butuhkan “himmatul ‘aliyah” yakni memiliki cita-cita yang tinggi sebagai salah satu kunci untuk menuju kesuksesan. Untuk itu, mewujudkan cita-cita itu membutuhkan proses kesabaran yang besar. Jangan pernah berharap yang lebih dan berharap sukses, jika kita tidak memiliki rasa kesabaran yang tinggi karena dengan kesabaran kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Ingatlah nasihat bijak “Jika tidak sanggup menahan lelahnya belajar. Maka, harus sanggup menahan perihnya kebodohan”. Gantunglah cita-citamu setinggi langit agar ketika kita jatuh berada dalam bintang-bintang. Begitu kata motivasi dari Ir. Soekarno. Sang proklamator dan presiden pertama repubilk indonesia.

Menuntut ilmu itu tentu membutuhkan dana dan biaya. Pengorbanan materi dan waktu adalah satu hal yang tidak dipisahkan dalam proses untuk menjadi pribadi-pribadi yang baik. Dalam kehidupan ini perlu pengorbanan untuk meraih sesuatu. Kalaupun seandainya kita tidak mampu berkorban materi. Maka waktu dan kesungguhan kita dalam belajar itu adalah modal yang paling besar. Dalam sebuah riwayat Imam Malik, seorang ulama pakar fiqih dan hadits rela menjual satu kayu atap penopang rumahnya untuk menuntut ilmu. Penggorbanan yang sunnguh-sungguh luar biasa dalam menuntut dan meraih cita-cita.

Petunjuk guru juga tak kala penting dalam proses menuntut ilmu. Guru adalah orang tua kedua setelah orang tua kita yang ada di rumah. Seorang guru atau ustadz adalah pembimbing kita saat kita tidak tahu. Guru dan ustadz juga dapat berperan sebagai motivator bagi kita saat kurang semangat dalam menuntut ilmu. Guru atau ustadz dapat memberikan kita arahan untuk menuju kearah yang lebih baik. Itulah pentingnya Irsyadul Ustadz ‘petunjuk seorang guru’

Nasehat yang terakhir adalah waktu yang lama. Dalam proses belajar dan menuntut ilmu. Belajar tidak hanya cukup sehari, seminggu, sebulan, setahun. Belajar itu sepanjang hayat. Seumur hidup kita. Sebagaimana yang di sampaikan Rasulullah dalam sebuah hadits “Menuntut ilmu itu mulai dari ayunan ibu sampai keliang lahat” long live education. Pendidikan seumur hidup. Belajar tidak hanya cukup di bangku sekolah. mulai dari sekolah dasar sampai di perguruan tinggi. Belajar bisa kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. Termasuk belajar pada alam dan kehidupan sekitar kita. Sesuatu yang tersurat dan yang tersirat adalah bekal dalam belajar. Termasuk fenomena dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita.

Jadi jangan pernah menyerah dan berputus asa kuatkan tekad dan kemauan. Niat yang tulus karena Allah akan berdampak pada kemauan. Kemauan yang kuat akan menghasilkan kemampuan. Kendatipun ia memulai dari sesuatu yang paling dasar. Berkat kemauan yang kuat, kemampuanpun melekat pada seseorang.

Teruslah belajar jangan pernah berhenti dan berputus asa. Ingat proses tidak akan mengkhianati hasil. Kemauan lebih utama dan pertama dalam mempelajari sesuatu. Supaya menjadi mampu.

*Penulis  Dzanur Roin , Guru di SD Muhammadiyah 12 Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *